Thursday 3 December 2009

Naas !!! Kereta Api Itu Datang Tiba-Tiba...

Pagi itu, Senen 23 Nopember 2009, saya bergegas ingin berangkat ke Muara Enim karena ada rapat dinas untuk persiapan menjelang UN 2010. Karena sekalian mau belanja barang ATK (Alat Tulis Kantor) maka saya bawa mobil walau seorang diri.
Dalam perjalanan dari Desa Air Itam menuju Muara Enim pagi itu tidak ada yang aneh, biasa-biasa saja.Sambil mendengarkan lagu-lagu Mbah Surip, saya tetap pelan dan hati-hati mengendarai mobil dan sebelum berangkat saya tidak lupa berdoa sebanyak 7x, yang biasa saya lakukan bilamana mau bepergian .


Cuma ada sedikit beda dengan kondisi fisik saya. Saya minggu sebelumnya terkena penyakit demam panas dan sebagian badan gatal-gatal. Orang bilang penyakit cikungunyah. Walau saya sudah bisa bekerja tapi saya sedikit merasakan masih belum stabil 100%. Terkadang badan masih terasa panas dingin dan dibarengi badan lesu dan pucat. Walau terasa belum pulih benar tapi saya tetap memaksakan diri untuk berangkat ke Muara Enim karena tugas dan rasa tanggung jawab.
Masuk kota Muara Enim jam 08.45 WIB. Tepat pukul 09.00 WIB rapat akan segera dimulai dan saya langsung menuju tempat pertemua di SMAN 1 Muara Enim.
Tepat di depan kantor Bupati, saya belok kiri dan menuju tempat pertemuan. Sebagaimana diketahui, jalan menuju ke SMAN 1 ini ada jalan kereta api yang khusus mengakut batu bara. Di perlintasan jalan KA ini tidak ada pintu buka tutup, apa lagi penjaga khusus.
Dengan kecepatan sekitar 10-15 Km/jam, saya terus melaju dan semua jendela mobil dalam keadaan tertutup dan lagu Mbah Surip tetap mengalun walau volumenya kecil. Posisi jalan mendekati rel KA agak menanjak.Kira-kira 15 cm lagi akan menyentuh bibir rel kereta api, terdengar suara klakson kereta api dari jarak dekat. Dan…secara refleks kaki saya langsung menekan kompling dan mengangkat gas.Mobil mundur beberapa jengkal. Saya masih sempat menoleh ke arah datangnya kereta api dan dalam hitungan detik, hantaman kereta api ke mobil saya tak bisa dihindarkan lagi.terdengar bunyi…Prak….Pruk….Prek…..!
Dalam beberapa detik setelah kejadian itu saya tidak langsung keluar mobil. Terasa impossible ! “Bener, mobil saya baru saja kena tabrak..?” pikir saya dalam hati. Saya langsung panic dan sedikit trauma, dengan tidak putus-putusnya mengucap Astaghfirrullah…berkali-kali.
Oraan-orang sudah pada ramai. Begitu juga rekan-rekan kepala sekolah juga banyak yang bersimpati dan membantu. Tentu saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kepala sekolah atau masyarakat yang kebetulan ada di tempat itu dan membantu.
Setelah beberapa saat dari kejadian itu, saya langsung mengabarkan kepada isteri saya di rumah.Dan isteri saya langsung pulang dari puskesmas, tempat dia bekerja, dan mengabarkan kepada keluarga lainnya. Tentu isteri dan anakku menangis histeris mendengar kabar itu dan tentu bisa dibayangkan bagaimana jadinya kalau mobil tertabrak kereta api.
Berita itu cepat menyebar ke Desa Air Itam dan keluarga di Lubuk Raman dan Solo.Gara-gara kabar musibah itu, tekanan darah orang tuaku langsung naik dan periksa ke dokter. Rencana semula mau bermalam di Lubuk Raman karena Selasa ada pertemuan tentang sosialisasi akreditasi sekolah.
Semula isteri saya tidak percaya kalau saya sehat-sehat saja. Namun setelah mendengar kabar bahwa saya ingin langsung mengikuti rapat pada hari itu, dia baru percaya.
Saya berterima kasih sekali adik ipar saya Asman dan Alamsah segera datang dan membantu untuk membawa mobil ke bengkel terdekat, Kaka Maju Motor, milik adiknya Pak Drs.Erwanto, mantan kepala SMPN 1 Penukal yang kini sudah jadi Pengawas di Diknas Kab.Muara Enim.Beliau membantu dan menyarankan saya agar mobil dibawa kesana dulu sebelum diperbaiki. Adik Saya Arman dan keluarga di Lubuk Raman sebenarnya mau datang ke Muara Enim tapi saya sarankan tidak usah karena saya tidak apa-apa. Dan mereka akhirnya tidak jadi berangkat ke Muara Enim.
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih juga kepada Febri, warga Desa Air Itam yang juga pegawai Pertanian Kab. Muara Enim yang saat itu ada di tempat kejadian dan membantu saya dan menyarankan agar mobil di parkir di depan tempat dia menginap di Muara Enim.
Dan Akhirnya,semua cobaan ini saya percaya bahwa datang dari Allah SWT. Dan saya masih bisa bersyukur karena saya selamat dalam kejadian maut tersebut. Tidak perlu saya mencari kambing hitam, Saya terima semua musibah itu dengan hati yang ikhlas dan lebih tingkatkan ibadah kepada Allah SWT. Dan biarkan peristiwa naas itu bagian dari perjalanan hidup saya.



Read More......