Sunday 19 April 2009

ABDUL MANAF BANTU LARIKAN JEND.AH. NASUTION

(sebuah catatan sejarah pemberontakan G30S/PKI 1965 yang belum pernah diungkap)

Oleh:Edi Suswanto,S.Pd

Tragedi pemberontakan Gerakan 30 September yang dilakukan oleh PKI tahun 1965 akan selalu dikenang orang sebagai sejarah kelam bangsa Indonesia. Walaupun sampai saat ini masih banyak awan kelabu yang menyelimutinya tetapi darah merah para jenderal terlanjur muncrat membasahi bumi ibu pertiwi.


Namun dibalik itu semua, ada satu nama yang layak dicatat sebagai bagian dari catatan sejarah Indonesia.dalam peristiwa G30S/PKI. Dialah Abdul Manaf bin Yusuf bin Hayat, putra kelahiran Desa Air Itam Kecamatan Penukal, Kab. Muara Enim,Sumsel. Kini beliau memang telah tiada namun selang beberapa tahun setelah kejadian itu, ia sempat pulang ke Desa Air Itam dan diceritakanlah kepada keponakannya Maramis bin Djakfar tentang peristiwa yang dialaminya bersama Bapak Jenderal AH. Nasutioan, korban yang selamat dalam aksi penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh PKI.
Diceritakan oleh Maramis bahwa masa itu Manaf merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Setelah berpindah-pindah kerja akhirnya dia mendapatkan pekerjaan yang cocok yakni sebagai sopir taksi. Sebagai sopir biasa tentu ia mendapatkan gaji pas-pasan namun profesi ini tetap dipertahankannya. Sampailah suatu ketika dia berkenalan dengan seorang ajudan Bapak Ibnu Sutowo yang bernama Harahap. Melalui perantara sang ajudan ini, Manaf berhasil diterima menjadi sopir pribadi sang konglomerat Ibnu Sutowo. “Pak Manaf, biasanya yang jadi sopir disini tak ada yang bertahan sampai sebulan,” ujar sang ajudan kepada Manaf yang diceritakan kembali oleh Maramis kepada penulis, Sabtu,18 April 2009.
Namun ternyata, kekhawatiran sang ajudan Ibnu Sutowo berhasil dilampaui. Bukan satu bulan dia bekerja tetapi bertahun-tahun. Ini semua karena Abdul Manaf orang yang bisa dipercaya dan jujur sehingga bapak Ibnu Sutowo menyukainya, ungkap Maramis.
Di tengah memanasnya suhu politik pada masa itu tidak memengaruhi aktivitas Manaf sebagai sopir. Selain mengantarkan sang majikan, kerjanya juga mengatarkan surat atau barang di dalam atau di luar kota Jakarta. Sampailah pada malam 30 September 1965 dimana PKI sedang menjalankan aksinya menculik dan membunuh para jenderal sementara Manaf belum mengetahui berita itu.
Pada malam peristiwa itu Manaf mengendarai mobil Jeep dan di tengah perjalan tiba-tiba ada orang mengenakan baju piyama menyetop mobilnya. Ia dengan segera berhenti. Diceritakan Manaf kepada Maramis bahwa orang itu meminta diantarkan ke Bogor. Tanpa ada rasa curiga sedikitpun, Manaf mau saja mengantarkan lelaki yang masih misterius itu, yang kemudian diketahui sebagai Jenderal AH. Nasution yang luput dari penculikan dan pembunuhan oleh PKI . Tanpa banyak cerita dalam kendaraan itu, penumpang misterius itu akhirnya tiba di kota Bogor. Dalam perjalan menuju Kota Hujan itu, tidak ada cerita yang bisa diungkap. Mungkin saja sang penumpang itu cuma menyebutkan minta tolong diantarkan ke tempat tujuannya di Kota Bogor selanjutnya tidak ada percakapan lagi. Pak Nas sengaja tidak mengungkap jati dirinya dan bercerita kepada sopir tentang peristiwa yang baru saja dialaminya. Hal itu barangkali untuk menjaga keselamatan dirinya dari kejaran orang-orang PKI.
Esok harinya tersiar kabar bahwa telah terjadi penculikan para jenderal oleh PKI. Manaf sangat kagek sekali, berselang satu minggu setelah peristiwa itu, dia dipanggil untuk menghadap ke kantor Jenderal AH. Nasution . “saya tidak tahu sama sekali kalau yang saya bawa malam itu adalah Jenderal Nasution,” ujar Manaf kepada Maramis kala itu. Pertemuan di kantor Pak Nas itu sungguh peristiwa yang bersejarah dalam hidup Manaf karena dia telah ikut menyelamatkan seorang jenderal yang akan dihabisi oleh kaki tangan PKI.
Di ruangannya, Pak Nas menjelaskan kepada Manaf bahwa penumpang yang berpakaian piyama malam itu adalah dirinya, yang berhasil melarikan diri dari aksi pembantaian yang dilakukan oleh PKI.
Kepada kita sebagai bangsa, tindakan yang dilakukan oleh Abdul Manaf bin Yusuf yang membantu menyelamatkan Jenderal AH. Nasution dari kejaran PKI, layak kita hargai jasa-jasanya dan dicatat dalam sejarah .Niat baik Abdul Manaf untuk mau mengantarkan si penumpang misterius itu, yang tidak lain adalah Jenderal AH. Nasution telah memberikan kontribusi tersediri dalam perjalanan sejarah kelam pemberontakan G30S/PKI.
Abdul Manaf telah pergi untuk selama-lamanya…
Mari kita kenang jasa-jasanya …
Beliau tidak minta apa-apa…
Beliau memang bukan siapa-siapa…
Dan Beliau memang adalah rakyat biasa…


------------------------------------------------
Tulisan ini dipersembahkan kepada orang-orang yang tidak tergores dengan tinta emas dalam catatan sejarah Indonesia namun telah berjasa kepada negeri tercinta ini, Indonesia.Secara lengkap silahkan download DISINI(Minggu 19 April 2009)



4 comments:

  1. Ada piagam Dr pak jendral A.H Nasution gk untuk pak Manaf ?? Kesimpang siuran tentang g30spki...

    ReplyDelete
  2. Tulisan ini sangat berbeda jauh dengan apa yang dikisahkan sendiri oleh pak Nasution..

    ReplyDelete
  3. Kesaksian pak nas beda dengan ini

    ReplyDelete