Tuesday 14 April 2009

ADA APA DENGAN CALEG 2009 ?

Penghujung bulan Maret dan awal april 2009 adalah musim kampanye. Banyak caleg-caleng daerah dan caleg pusat bertebaran masuk ke desa-desa mencari dukungan dan simpati masyarakat. Boleh-boleh saja hal itu dilakukan karena sekarang ini alamnya demokrasi dan setiap orang bebas berekpresi dan menggalang pendukung sebab hal itu dilindungi oleh undang-undang.

Kampanye mereka selain mendatangkan kegembiraan juga mengundang sinisme dari masyarkat. Ungkapan semacam in, “mereka tu baru pulang ke dusun kalau ada kepentingan selama ini mana tahu dengan rakyat” ada juga yang bilang, “mana mungkin mereka mau Bantu rakyat sebab mereka sudah banyak habis duit gara-gara jadi caleg.” Sementara itu ada juga yang ngotot,”:pokoknya asal putra daerah kita dukung kalau orang lain kita baru kenal..”.
Memang sekarang ini ada kecenderungan caleg-caleg berasal dari putra daerah yang sudah lama tinggal di kota sehingga konstituennya di lapangan tidak begitu kenal. Ini artinya kekuatan potensi daerah atau desa belum benar-benar dapat diperhitungkan.
Harapan kita tentunya ke depan nanti potensi daerah akan dapat memainkan percaturan politik sehingga kepedulian membangun dan memperjuangkan daerah akan lebih tinggi.
Mengapa orang berlomba-lomba mau menjadi calon legislative ? salah seorang caleg dari tingkat provinsi berbicara kepada saya pada musim kampanye ini, katanya,”gaji anggota DPR Kabupaten Rp.10.000.000, DPR Provinsi Rp.15.000.000, dan DPR Pusat Rp..30.000.000,” ditambahkanya, “inilah yang menyebabkan banyak orang tergiur untuk menjadi caleg, belum lagi ditambah seseran (bonus) dari pengusaha atau apa sajalah. Maka tidak heran orang menjadi caleg sanggup menghabiskan uang dua sampai 4 ratus juta untuk caleg tingkat kabupaten atau provinsi.
Memang benar apa yang dikatakan teman saya itu tetapi hanya sebagian yang berpikir jernih mampu mengukur situasi dan kondisi. Tidak semua rakyat bisa disuap dengan baju kaos atau uang sepuluh sampai dua puluh lima ribu. Sebagian masih tidak mau bahkan uang diambil dan mereka contreng ke lain hati.
Menurut telusuran saya bahwa masyarakat pedesaan sebenarnya tidak terlalu berharap dengan para caleg yang mampu membawa perubahan. Karena sebagian masyarakat berpendapat siapa saja jadi Anggota DPR atau Presiden, kalau tidak mencari maka kita tidak makan. Memang kadang-kadang kekecewaan masyarakat ini berdasar karena pada Pemilu-Pemilu sebelumnya tidak ada perubahan yang signifikan. Walau REFORMASI telah bergulir yang dipimpin Partai anti ORDE BARU tetapi nasib rakyat juga tidak banyak mengalami perubahan.
Dalam kesempatan ini saya mengusulkan adalah bagaimana cara membuat anggota DPR itu benar-benar berjuang untuk rakyat dan membelah kepentingan rakyat tanpa takut di-recall atau berhentikan dari DPR. Untuk itu saya ingin sekali caleg-caleg itu diaudit dulu apakah mereka bisa hidup sejahtera tanpa mengharapkan gaji dari DPR.Tetapi kalau system politik semacam ini mana mungkin ada anggota DPR yang mau membelah rakyat sungguh-sungguh walau akhirnya mungkin di-recal atau mendapat sanksi dari partai.
Jadi amat tragis sekali ketika lembaga DPR akhirnya hanya menampung orang-orang yang mencari pekerjaan dan status social. Apa itu yang dicita-citakan para pahlawan kita ?

No comments:

Post a Comment